Top Ad unit 728 × 90

[post_ad]

Ungkapan kalimah "Subhanallah" yang sering tertukar dengan ungkapan "Masya Allah"




Ungkapan dzikir atau kalimah thayyibah “Subhanallah” tak jarang tertukar dengan ungkapan “Masya Allah”. Ucapkan “Masya Allah” diucapkan seandainya kita merasa kagum. Ucapkan “Subhanallah” jika kita menyaksikan kejelekkan.

Selama ini kaum Muslim tak jarang “salah kaprah” dalam mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah), yang tertukar dengan ungkapan Masya Allah (Itu berjalan atas kehendak Allah). Jikalau kita takjub, kagum, atau mendengar sesuatu yang baik dan menyaksikan factor yang indah, rata-rata kita mengemukakan Subhanallah. Padahal, yang harus kita lakukan adalah mengucap Masya Allah yang bermakna “Hal itu berjalan atas kehendak Allah”.

Ungkapan Subhanallah tepatnya diperlukan buat ngungkapin “ketidaksetujuan atas sesuatu”. Contohnya, kalau kita mendengar ada keburukan, kriminal, atau kemaksiatan, kita bilang Subhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan itu).


Ucapan Masya Allah 

Masya Allah artinya “Allah sudah berkehendak dapat perihal itu”. Ungkapan kekaguman terhadap Allah dan Ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyebutkan “semua itu berjalan atas kehendak Allah”.
Masya Allah diucapkan kalau ada seorang menonton sesuatu yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan sekaligus pengingat bahwa seluruhnya itu mampu berlangsung cuma lantaran Kehendak-Nya.

“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu, ‘Maasya Allah laa quwwata illa billah‘ (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS. Al-Kahfi: 39).

Ucapan Subhanallah

Diwaktu mendengar atau menyaksikan sesuatu yang buruk/jelek, ucapkan Subhanallah juga sebagai penegasan : “Allah Mahasuci dari keburukan tersebut”.

Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelah itu aku datang menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis.” (HR. Tirmizi)

“Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan menjadi halangan untuk bertemu sesama Muslim. Dalam Al-Quran, ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya: “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan”, juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik.” (QS. 40-41).

Jadi kesimpulannya, ungkapan Subhanallah dianjurkan tiap-tiap kali seorang menyaksikan sesuatu yang buruk, bukan yang baik-baik atau keindahan. Bersama ucapan itu pula, kita menegaskan bahwa Allah Subahanahu wa Ta’ala Maha Suci dari seluruh keburukan tersebut.

Masya Allah diucapkan kalau seorang menyaksikan yang indah, indah sebab keindahan atas kuasa dan kehendak Allah Ta’ala. Dulu, apakah kita berdosa sebab mengucapkan Subhanallah, padahal semestinya Masya Allah dan sebaliknya? Insyaa Allah tidak. Allah Maha Mengerti tujuan perkataan Hamba-Nya. Cuma saja, kalau sudah tahu, silakan kita ungkapkan bersama serasi antara Subhanallah dan Masya Allah. Wallahu a’lam bish-shawabi.

Sumber
Ungkapan kalimah "Subhanallah" yang sering tertukar dengan ungkapan "Masya Allah" Reviewed by Afri on 20:18 Rating: 5

No comments:

All Rights Reserved by OUT TOPIK! © 2014 - 2015
Powered By Blogger, Designed by Sweetheme

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.